Kamis, 28 November 2013

PERANG DIPONEGORO






Perang Diponegoro (Inggris: The Java War, Belanda: De Java Oorlog), adalah perang besar dan menyeluruh berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi Indonesia dibawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Berdasarkan dokumen-dokumen Belanda yang dikutip oleh ahli sejarah, perang ini menewaskan sekitar 200.000 orang warga pribumi. Sementara korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000.
Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara. Peperangan ini terjadi secara menyeluruh wilayah Jawa, sehingga disebut Perang Jawa.
·   Latar Belakang Terjadinya Perang
Setelah kekalahannya dalam Peperangan era Napoleon di Eropa, pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan kas mereka dengan memberlakukan berbagai pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia Belanda. Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat mencekik rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita.Banyak hasil bumi diambil oleh Belanda.
Untuk semakin memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya, Belanda mulai berusaha menguasai kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, salah satu di antaranya adalah Kerajaan Yogyakarta. Ketika Sultan Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, Sultan Hamengku Buwono V yang baru berusia 3 tahun, diangkat menjadi penguasa. Akan tetapi pada prakteknya, pemerintahan kerajaan dilaksanakan oleh Patih Danuredjo, seseorang yang mudah dipengaruhi dan tunduk kepada Belanda. Belanda dianggap mengangkat seseorang yang tidak sesuai dengan pilihan/adat keraton.
Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Rupanya di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut. Namun Belanda tetap memasang patok-patok tersebut bahkan yang sudah jatuh sekalipun. Karena kesal, Pangeran Diponegoro mengganti patok-patok tersebut dengan tombak.
Belanda yang mempunyai alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena dinilai telah memberontak, pada 20 Juli 1825 mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, Belanda yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro membakar habis kediaman Pangeran.
Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati goa sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaan beliau. Sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur.
Setelah penyerangan itu, dimulailah sebuah perang besar yang akan berlangsung 5 tahun lamanya. Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu dalam semangat "Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati"; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Selama perang, sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. Dalam perang jawa ini Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubowono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
·   Jalannya perang

Peta Mataram Baru setelah Perang Diponegoro pada tahun 1830


Alibasah Sentot

Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri dan artileri (yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal) di kedua belah pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu sudah direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-jalur logistik dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh-puluh kilang mesiu dibangun di hutan-hutan dan di dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus sementara peperangan sedang berkecamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi perang. Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui penguasaan informasi.
Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan penghujan; para senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai "senjata" tak terkalahkan. Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan usaha-usaha untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan "musuh yang tak tampak", melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan mereka. Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengonsolidasikan pasukan dan menyebarkan mata-mata dan provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut, memecah belah dan bahkan menekan anggota keluarga para pengeran dan pemimpin perjuangan rakyat yang berjuang dibawah komando Pangeran Diponegoro. Namun pejuang pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda.
Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu; suatu hal yang belum pernah terjadi ketika itu di mana suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metode perang gerilya (guerrilla warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan (Surpressing). Perang ini bukan merupakan sebuah tribal war atau perang suku. Tapi suatu perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktekkan. Perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) di mana kedua belah pihak saling memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Modjo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Berakhirnya Perang Jawa merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Diponegoro dianggap pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono IX memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.
·   Hubungan Perang Diponegoro Dengan Perang Padri
Di sisi lain, sebenarnya Belanda sedang menghadapi Perang Padri di Sumatera Barat. Penyebab Perang Paderi adalah perselisihan antara Kaum Padri (alim ulama) dengan Kaum Adat (orang adat) yang mempermasalahkan soal agama Islam, ajaran-ajaran agama, mabuk-mabukan, judi, maternalisme dan paternalisme. Saat inilah Belanda masuk dan mencoba mengambil kesempatan. Namun pada akhirnya Belanda harus melawan baik kaum adat dan kaum paderi, yang belakangan bersatu. Perang Paderi berlangsung dalam dua babak: babak I antara 1821-1825, dan babak II.
Untuk menghadapi Perang Diponegoro, Belanda terpaksa menarik pasukan yang dipakai perang di Sumatera Barat untuk menghadapi Pangeran Diponegoro yang bergerilya dengan gigih. Sebuah gencatan senjata disepakati pada tahun 1825, dan sebagian besar pasukan dari Sumatera Barat dialihkan ke Jawa. Namun, setelah Perang Diponegoro berakhir (1830), kertas perjanjian gencatan senjata itu disobek, dan terjadilah Perang Padri babak kedua. Pada tahun 1837 pemimpin Perang Paderi, Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah. Berakhirlah Perang Padri.
Read More ->>

IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH




A.   Pengertian Iman kepada Rasul Allah SWT
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Pengertian rasul dan nabi berbeda. Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah SWT untuk dirinya sendiri dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan kepada umatnya.Nabi adalah manusia pilihan yang di beri wahyu oleh Allah SWT untuk dirinya sendiri tetapi tidak wajib menyampaikan pada umatnya. Dengan demikian seorang rasul pasti nabi tetapi nabi belum tentu rasul. Meskipun demikian kita wajib meyakini keduanya.
Firman Allah SWT :
“Dan kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan.Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al An’am 6 : 48)
B.   Nama-Nama Rasul Allah Dan Sifat Sifatnya
Rasul rasul yang wajib diimani berjumlah 25 orang:
1. Adam As            6. Ibrahim As   11. Yusuf As     16. ZulkiFli As               21. Yunus As
2. Idris As              7. Luth As        12. Ayub As      17. Daud As                 22. Zakaria As
3. Nuh As               8. Ismail As      13. Syu’aib As  18. Sulaiman As           23. Yahya As
4. Hud As               9. Ishaq As       14. Musa As     19. Ilyas As                  24. Isa As
5. Sholeh As           10. Yaqub As    15. Harun As    20. Ilyasa As                25. Muhammad Saw
·         Rasul Ulul Azmi
Rasul ulul azmi adalah utusan Allah yang memiliki kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalah kepada umatnya.
Diantaran 25 nabi dan rasul, ada rasul yang di beri gelar ulul azmi, yaitu :
1)    Nabi Nuh As
2)    Nabi Ibrahim As
3)    Nabi Musa As
4)    Nabi Isa As
5)    Nabi Muhammad SAW
·         Sifat wajib Rasul ada 4 antara lain :
1.      Sidiq           : berkata benar
2.      Amanah      : dapat dipercaya
3.      Tabligh       : menyampaikan
4.      Fathonah    : cerdik,pandai
·         Sifat mustahil bagi Rasul yaitu :
1.      Kizib           : berkata bohong
2.      Khianah      : tidak dapat dipercaya
3.      Kitman       : menyembunyikan
4.      Baladah      : bodoh
C.    Mukjizat Rasul
Fungsi Mukjizat :
1.      Mukjizat sebagai bukti kebenaran bahwa yang membawanya benar-benar Rasul utusan Allah SWT.
2.      Mukjizat sebagai senjata yang digunakan oleh para Rasul untuk menghadapi dan mengalahkan musuh-musuh yang menentangnya.
Pada dasarnya Mukjizat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu :
1.      Mukjizat Kauniyah : Mukjizat yang berhubungan dengan peristiwa alam, seperti terbelahnya laut merah dengan tongkay Nabi Musa As.
2.      Mukjizat Syahsiyah : Mukjizat yang keluar dari tubuh seorang Rasul, seperti air yang keluar dari celah-celah jari Nabi Muhammad SAW.
3.      Mukjizat Salbiyah : Mukjizat yang dapat menghilangkan kekuatan, seperti Raja Namrud membakar Nabi Ibrahim As. ,namun api yang membakarnya tidak mempan.
4.      Mukjizat Akliah : Mukjizat yang masuk akal atau rasional, yaitu Al-Qura’an.

D.    Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah SWT
1.      Teguh keimananya kepada Allah SWT
2.      Mempercayai ajaran yang disampaikan para Rasul
3.      Mengamalkan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul
4.      Menjadikan Rasul sebagai teladan hidup, baik sebagai pribadi ataupun pemimpin umat
Allah Berfirman :
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab[33] : 21)
1.      Mencintai para Rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan Sunnah-sunnahnya
2.      Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah SWT
Allah Berfirman :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS.Ad-Dzariyat : 56)
1.      Selalu membaca sholawat atas mereka
2.      Tidak membeda-bedakan antara Rasul yang satu dengan yang lain
Siapa saja yang menaati para Rasul ,berarti mereka menaati Allah SWT dan para Rasul-Nya, mereka dijanjikan pahala yang sangat besar & mulia, tidak hanya masuk Surga, namun akan ditempatkan bersama-sama orang yang paling tinggi derajatnya, yaitu :
a)    Para Nabi dan Rasul, termasuk manusia pilihan
b)    Para Siddiqin, ialah orang-orang yang memiliki keteguhan iman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya
c)    Para Syuhada, merupakan orang yang rela mati dalam membela ajaran agama Islam.
Para Syuhada dikelompokan menjadi 4 ,yaitu :
·         Orang yang berjuang di jalan Allah dan mati terbunuh dalam peperangan melawan para kafir.
·         Orang yang berjuang di jalan Allah sampai menghabiskan jiwa dan hartanya.
·         Orang yang mati tertimpa musibah, seperti melahirkan, teraniaya, dan terbunuh.
·         Orang yang selalu berbuat amal sholeh & membawa manfaat bagi kepentingan umum.

E.    Contoh Perilaku Beriman kepada Rasul-Rasul Allah SWT dalam Kehidupan Sehari-hari
Perilaku-perilaku yang dilakukan para Rasul dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat yang dapat diteladani ,antara lain :
1)    Mengajak manusia mengakui kebesaran Allah SWT. ,baik dalam sifat-sifatNya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah Ketuhanan.
2)    Menjelaskan kepada manusia tentang cara-cara memuliakan dan membesarkan Allah SWT dalam bentuk kegiatan ibadah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
3)    Mengajak manusia untuk memilih akhlak yang mulia
4)    Menjelaskan aturan-aturan kehidupan manusia.
5)    Mendorong manusia untuk gigih dan giat berusaha mencapai kehidupan yang baik d dunia dan akhirat.
6)    Mengajak manusia untuk memalingkan hawa nafsu mereka dari mengecap kelezatan dunia yang fana untuk mencapai cita-cita yang tinggi.
F.    Cara Meneladani Perilaku Rasul dalam Kehidupan Sehari-hari
1)    Menjaga amanah yang diberikan Allah SWT kepada kita selaku manusia. Amanat yang diberikan Allah SWT yang paling pokok adalah beribadah kepada-Nya.
2)    Memelihara sifat jujur
3)    Senantiasa memohon ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan atau dosa yang kita lakukan setiap hari.
G.    Cara Meningkatkan Kadar Keimanan Kepada Para Rasul Allah
1)    Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan merenungkan Maknanya
2)    Mempelajari dengan cermat sejarah (siroh) para Rasul Allah
3)    Mempelajari Kehidupan orang-orang sholeh (Generasi Shalafus Sholihin, para sahabat Rasul, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in) ,karena mereka adalah generasi-generasi terbaik dalam Islam.
H.     Fungsi Iman Kepada Rasul Allah SWT
1.      Bertambah iman kepada Allah SWT dengan mengetahui bahwa rasul benar-benar manusia pilihan Allah.
2.      Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup.

Read More ->>